Permasalahan intoleransi, ekstrimisme, dan kekerasan seringkali menjadi tantangan dan penyebab umum rusaknya hubungan antara agama dan negara. Seolah-olah agama tidak akan dapat berjalan beriringan dan saling menguatkan satu sama lain dengan negara, begitu juga kebalikannya. Di Indonesia, sebagai mayoritas seharusnya umat Islam dapat berperan penting dan berjuang bersama menyelesaikan tantangan tersebut dengan beragam kolaborasi pendekatan terhadap konsep Islam wasathiyah.
Sehingga, Ahmad Mujahiddin (UIN Sultan Syarif Kasim Riau) bersama empat panelis lainnya; Kisbiyanto (IAIN Kudus); Mustiqawati Ummul Fithriyah (UIN Sultan Syarif Kasim Riau); Saiful Muchlis (UIN Alauddin Makassar); dan Muhammad Saiful Ummam (IAIN Kediri) akan hadir mendiskusikan “Wasathiyah Islam as Problem Solving for Indonesian Challenges” sebagai tema menarik dalam rangkaian forum panel discussion AICIS ke-20 pada 25-29 Oktober 2021 mendatang.
Artikel yang akan dikaji secara komprehensif pada panel tersebut, diantaranya; pertama, artikel Kisbiyanto yang berusaha meneliti hubungan praktik dalail khairot yang dilakukan oleh pesantren di Jekulo, Kediri dengan nilai-nilai moderasi Islam. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka, wawancara, dan observasi dalam proses pengambilan data, Kisbiyanto mendapati bahwa dalam praktek para partisipan dalail khairot terdapat nilai-nilai agama Islam yang moderat. Hal itu dapat dilihat dari keseimbangan pemikiran antara tasybir dantandhir dalam diri partisipan dan ketaqwaan individu yang bertranformasi menjadi hubungan sikap baik kepada orang lain.
Kedua, melalui metode deskriptif-kualitatif, Fithriyah berusaha menganalisis nilai-nilai moderasi Islam dari salah satu karya KH. Taufiqul Hakim yang berjudul Nazaman Pancasila dan Piagam Madinah. Hasil penelitian Fithriyah menunjukan bahwa terdapat berbagai bentuk moderasi dan toleransi nilai-nilai Islam wasathiyah yang dapat dterapkan dari karya tersebut, antara lain: anjuran untuk menjaga hubungan baik antara pemeluk agama; melarang adanya penistaan; dan ancaman keras terhadap pelaku pelecehan dan pembunuhan umat beragama.
Terakhir yang tak kalah penting, Umam dalam artikelny juga berusaha melakukan analisis isi terhadap buku Irsyadu Sari karya KH. Hasyim Asy’ari dengan metode deskriptif-kualitatif. Hal penting yang dapat diterapkan dalam mengkampanyekan wajah Islam wasathiyah dari hasil penelitian tersebut ialah pentingnya keseimbangan pemahaman antara teks dan rasionalitas terhadap segala problem yang muncul dan anjuran untuk mengutamakan toleransi dan keadilan dalam menghadapi keberagaman yang ada.
Oleh karenanya, diskusi panel ini dapat berkontribusi untuk menyelesaikan berbagai macam tantangan yang telah disebutkan di atas dengan melakukan deradikalisme dan aktif mengkampanyekan nilai-nilai Islam wasathiyah dengan pendekatan budaya dan kemanusiaan terhadap keberagaman yang ada.
(Naufal Aulia Hanif – Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)