“Keeksklusifan para ulama klasik disebabkan oleh kekhawatiran mereka bahwa modernisasi Islam tak lain agenda dari westernisasi dan sekularisasi belaka.”
Wacana modernisasi Islam yang lahir puluhan tahun lalu rasanya perlu dikemukakan lagi dewasa ini. Muhammad Khalid Mas’ud, cendekiawan muslim Pakistan, mendedah perihal seluk-beluk modernisasi Islam dalam Islam and Modernity: Key Issues and Debates (Edinburgh University Press: 2009).
Gagasan modernisasi Islam sebenarnya dilatarbelakangi oleh empat faktor. Pertama, kemerosotan bangsa Islam pada abad ke-18. Kedua, kedigdayaan pemerintahan kolonial di dunia muslim pada abad ke-19, baik secara langsung—seperti di India dan Mesir, maupun tidak langsung—seperti di Iran dan negara-negara di Ottoman. Ketiga, misionaris Kristen yang menyerang keyakinan umat Islam. Keempat, sikap pemuda muslim yang dididik oleh lembaga Barat untuk mengolok-olok Islam, mendorong para modernis Islam untuk membuktikan bahwa tiada pertentangan antara modernitas dan agama.
Modernisasi Islam yang bertitik tumpu pada pembaharuan dan mengikuti tren pandangan Barat telah menciptakan beragam asumsi. Kelompok konservatif berpendapat bahwa Islam adalah nilai final yang tak perlu lagi diperbedatkan keautentikannya. Sedangkan bagi modernis, Islam tetaplah mampu bersanding dengan dinamisnya laju zaman. Termasuk mampu menyesuaikan dengan prinsip-prinsip Barat yang lekat dengan girah ilmu pengetahuan (teknologi), hak asasi manusia, dan kesetaraan gender.
Mas’ud menelaah bahwa keeksklusifan para ulama klasik disebabkan oleh kekhawatiran mereka bahwa modernisasi Islam tak lain agenda dari westernisasi dan sekularisasi belaka. Pandangan ulama klasik tersebut kemudian ditentang oleh Fazlur Rahman. Ia menegaskan, justru jalan sekularisme itu dibuka oleh para ulama klasik sendiri yang bersikeras pada kelengkapan Islam hingga akhir zaman.
Sebagai pemikir muslim kontemporer yang akan menjadi keynote speakers dalam perhelatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2021, Oktober mendatang, Muhammad Khalid Mas’ud menganggap modernisasi Islam telah surut bahkan berakhir. Hal itu disebabkan tersebarnya gerakan Islamisasi hampir di seluruh negara muslim: revolusi Islam di Iran, Islamisasi di Pakistan, jihad dan pemerintahan Islam oleh Taliban di Afghanistan. Bahkan tak menutup kemungkinan, konflik agama yang terjadi di Indonesia belakangan ini, juga salah satu penghambat modernisasi Islam, yang sejatinya adalah untuk memajukan umat muslim di seluruh dunia.
Penulis: *Indarka P.P – Alumni UIN Raden Mas Said Surakarta
Editor: Arkin Haris
Publikasi : Wibowo Isa